dan nyaris saja aku tak sanggup menulis puisi
karena kata telah mati dibunuh emosi
lelaki ini terjaga dengan kekosongan murni
di perut, di jiwa, di otak, di hati nurani
berarak kesedihan mengiringi keranda cinta ini
sampai dimakamkan dan terpampang di epitaph
“di sini sebentuk kasih suci dimakamkan malam ini”
dan aku menjaga pusaranya sambil meratap
cinta telah mendahului aku
cinta telah berpulang lebih dulu
cinta telah menjadi mayat membeku
cinta telah menorehkan lagi lara dan pilu
nelangsa sungguh hati lelaki ini
ah, jangan tanya kenapa… karena kamu tahu aku benci dipaksa!
jika ini akhir, akhiri ini dengan senyuman
(yang menyaluti airmata)